Rabu, 18 Januari 2012

Bagaimanakah Mempersiapkan Masa Depan Anak-Anakmu?

Oleh : Ustadz Aburrahim Ayyub

Bismillah akhi banyak pertanyaan akhir-akhir ini dari member tentang kekawatiran seorang ibu atau ayah terhadap masa depan agama anak-anaknya, ini suatu hal yang wajar karena dunia disekitar kita hidup begitu semarak dengan yang namanya maksiat dan kehidupan yang glamour, acara Televisi yang tidak lagi melihat kepada ajaran agama bak dari segi aqidah, metode (manhaj) apa lagi akhlaq. siaran radio juga seperti itu, media cetak dll.  Suatu tantangan yang wajar jika orang tua yang faham agama semakin khawatir akan anak-anaknya. Setiap keluarga berbeda menanganinya ada yang menyibukan anaknya dengan sekolah, ada yang dapat mengatur dengan jadwal yg ketat, ada yang terbengkalai siang dan malam tidak jelas kegiatan anak-anaknya bahkan tidak tahu sama sekali apa yang dikerjakan anaknya selama ini dan sudah bebebrapa tahun seperti ini. Laa hauwlaa walaa quwwata illa billah, demikian parahnya orang tua yg sibuk mencari nafkah atau lainnya dengan alasan klasik “demi anak istritetapi sebenarnya kita sedang menggali lobang kesengsaraan untuk anak istri kita. Baik buruknya anak kita bukan tugas para guru, ustadz, dll. Anak kita adalah tugas kita, bagaimana mereka terbentuk adalah tanggung jawab kita.
“Setiap kamu adalah pemimpin dan akan ditanya akan kepemimpinan kamu” (al hadits)
“laki2 ada pemimpin bagi kaum wanita”(al ayat),
“jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (al ayat)
Dalil-dalil yang selalu kita dengar dan hafal maknanya ini, dari lisan para mubaligh, ustadz-ustadz kita, buku-buku agama,dll tidak akan menjadi suatu hal yang ada faidahnya jika kita tidak amalkan dengan kenyataan sehari hari.
Doa2 yang kita panjatkan “wahai rabb kami anugerahilah dari istri2 kami dan turunan kami sebagai penyejuk mata…dst” kadang kala hanya doa yang besifat tradisi jika amalannya bertentangan dengan doa tersebut. Seorang ayah berdoa agar anaknya tidak sesat tetapi dia bangga menyekolahkan anaknya di sekolah “kristen” dengan alasan mutunya lebih baik. Ini adalah contoh yang nyata dan sangat bertentangan.
Dengan ruh dari ajaran islam itu sendiri tentang pendidikan Islam. Alangkah buruknya seorang ayah jika memasukan anaknya kepada api yang menyala nyala dengan dalih bahwa dia sangat sayang kepada anaknya. Ini adalah sesuatu yang diluar akal sehat. Begitulah kenyataannya…
Kita selalu dihadapi dengan keadaan dimana seseorang tidak lagi melihat kampung “akhirat“, “syurga” dan “neraka” sebagai ukuran. Yang ada dibenaknya adalah “bagaimana hidup makmur di dunia ini??” Dengan jalan memuaskan dan mewajibkan diri untuk memiliki apa yang kebanyakan manusia miliki dari segi keduniaan. Sehingga keluar dari koridor “haram“, “hailal“, tidak ada lagi ukuran. Yang penting dapat bersaing dengan sesama…. Naudzubillahi mindzaalik. Bahkan mereka mulai membuat kelas-kelas sendiri dari segi “sosial” dengan ada kecenderungan tolak ukurnya hanya “they have” dan “they have not“, hanya melihat dari segi materi… sungguh ini sangat menyedihkan dan menyayat hati dan sangat jauh dari ajaran islam yang suci…. Bukan berarti disini ajaran islam menolak orang yang kaya atau kelebihan harta tidak sama sekali…
Sungguh jauh tesesat sebagaimana sesatnya keledai yang bodoh, Islam mengatur kekayaan mendidik umatnya untuk makmur memiliki harta berkecukupan dalam menopang ibadah2 serta menjalankan tugas2 yang mulia dengan jalan yang halal dan cara yang syar’i, inilah ajaran islam yang diwariskan oleh para ulama Rabbanii….
Ibnu Hajar orang yang kaya tetapi beliau orang yang alim dan pembela sunnah, Abu Hanifah pedagang ulung, kalau dikalangan sahabat adalah Ustman radliallahu anhu, Abdurrahman bin Auf, mereka kaya tetapi mereka takut pada Allah azza wajalla…. inilah yang kita inginkan.. dimana keadaan kekayaan,kemakmuran kita kita tujukan kepada perjuangan anak dan istri kita menuju ridho Allah azza wajalla dan menuju jannahNya…bukan sebaliknya…alangkah buruknya jika anugerah yang kita miliki ini tidak dapat kita nikmati berkelanjutan sampai akhirat padahal kita telah mengetahui nikmatnya kehidupan ini.
Begitu indahnya hidup ini nimatnya makan, minum dan menghirup udara yang segar dll ..berkendaraan yang bagus… adalah suatu karomah dari Allah azza wajalla akan hidayah untuk mempertahankannya sampai seseorang masuk jannah-Nya yang berjuta kali hanya Allah saja yang Maha Mengetahui nikmatnya jannah….juga kesengsaraan yang begitu memilukan dan memedihkan tidak akan ada artinya dibanding dengan nerakanya Allah azza wajalla yang dahsyat….inilah hidayah ya akhi inilah nikmat yang hakiki dimana harga hidayah ini melebihi emas sebulat bumi “al ayat al imran: 91″ dan di hadits Muslim , dimana seseorang yg mati dalam keadaan kafir dan belum sempat mengucapkan sahadat akan rela menebus disinya dari api neraka pada saat dia dihadapkan oleh Allah azza wajalla untuk dimasukan ke neraka…… naudzubillahi mindzalik…..
Dari sini ya akhi … jika Allah tidak memberi apa-apa kepada kita kecuali seteguk air yg dari sungai dan segenggam rumput liar untuk dimakan… dari kita hidup sampai kita menghembuskan nafas terakhir jika kita mati dalam keadaan Allah ridho sungguh kita telah membawa keselamatan kita telah membawa emas sebesar bumi ini karena kita membawa tauhid dan akan selamat dari nerakanya Allah dan dimasukkan ke jannahnya. Inilah hakikat hidup yang mulia yang hanya hidayah taufiq dari Allah azza wajalla saja yang dapat membimbing kita akan kefahaman ini. Bukan dari kehebatan akal kita dan bukan pula dari kejeniusan kita. Hal ini adalah dari kasih sayang dan rahnat Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hambaNya. Semoga kita termasuk dari kalangan hambaNya yang selalu mendapat hidayah taufiq dan selalu mampu bertaubat dan selalu mampu manjalankan syairatNya dengan ikhlas karena mencari WajahNya saja dengan selalu beramal ibadah yang sesuai AlQuran dan assunnah dengan manhaj kefahaman para sahabat rodliallahu ahnhum sampai akhir dicabutnya nyawa ini mengahadap illaahi Robbiiyy aquulu qaulii hadzaa wa astaghfirullahi lii walakum doa kafarah majlis..
Mudah2 ada faidahnya sikahkan sebarkan jika ada yg memerlukan nasehat ini barakallahu fiik akhi….

0 Komentar:

Posting Komentar